Wednesday, May 28, 2014

Seperti Bercermin

kita adalah ikan di depan air terjun
kita adalah serangga di dalam kotak
kita adalah serpihan ombak putih, tongkat pendeta tengkorak, riam kekuatan dan paus yang menelan semua itu

kita adalah sapi jantan bertanduk 5
kita adalah monster yang menyemburkan api
anak-anak yang menangis meraung-raung
ya, kita diracuni oleh cahaya rembulan

dunia akan berubah
berputar dan bersentuhan dengan mentari dan rembulan
sosoknya selalu berubah menjadi sesuatu yang baru
kalaupun ada yang tak berubah, pastilah itu ketidak-berdayaanku
aku dapat melihat, menyentuh, dan bicara dengan mereka, itu saja

terkadang mereka lenyap seperti ini
entah kenapa mereka lenyap
terkadang yang tersisa di sana adalah bekas darah yang hanya terlihat olehku dan emosi yang mirip dengan rasa sakit
seberapapun aku melatih diriku, aku tak bisa melindungi mereka
saat memikirkannya, hatiku mirip pedang

Wednesday, April 9, 2014

Setengah Dekade


Ketaksempurnaan dirimu yang kurindukan
Kuping yang kebal menerima semua bentakan
Tangan yang menyingkirkan para pesaing dan ancaman
Kaki yang selalu melangkah bersama, lebih dari sekedar teman


Hiasan sederhana di dinding yang selalu menyemangati
Lipatan kertas yang membawa kita bersama lagi
Kotak putih yang membawa kita ke masa lalu
Ruangan yang akan selalu hangat bila kita ada di dalamnya


Setengah Dekade 
Hanya sekedar memiliki, dan aku akan kembali
Kurajut kembali dengan benang tipis berikrarkan keabadian
Meskipun terputus akan kita sambung lagi perlahan
Dengan untaian warna dan kepingan bulan

Saturday, March 29, 2014

Nothing



They got their dads, their moms, here
Kissed their beloved brother
Braids each others’ hairs and laugh with no fear
Never stay up late for a last call like I remembered


For the valley that came up when I opened this door,
And the rain my only playmate,
For somewhat I’ve been looking for,
Which one of you dare to call it a fate?


Steal my dignity like I’m nothing
They won’t realize when there’s nothing left. Will they?
It’s not like a movie, it’s not a happy ending
The system that paralyzed I will not obey

Thursday, March 20, 2014

Konstanta

mereka meninggalkan, menemukan teman baru
aku disini, ditinggalkan jejak-jejak kaki kecil
saling tatap dan tertawa di hadapan cermin
serpihan sindrom simbol sosial kecil 

aku hanya sebuah konstanta
tetap dan tak bisa berpindah

menggoyahkan stabilitas emosi dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh
kutatap sekumpulan asap sambil mendengarkan musik dari seberang jalan
daun-daun talas itu masih saja menitikkan air dari pucuknya
membuat letupan kecil dari lantai dansa

berlatih dengan senyum palsu di atas atap di bawah cucuran hujan
dering telfon dan suara penghuni jalan mengganggu tidur nyenyakku
frekuensi kicauan mereka mengganggu ketenanganku
orang-orang itu hanya manekin bernyawa, tanpa akal dan perasaan

aku hanya sebuah konstanta
pakai aku sesuka hatimu

biarlah, relakan seakan semua yang lalu itu tak pernah terjadi
klise, mereka berkata
logika, aku menyangkal
perspektif, fakta mengonfirmasi

aku hanya sebuah konstanta
kau tidak bisa mengubahku

Monday, November 11, 2013

This Drama Is Over

I think we're ready to go, pulling a curtain
take a bow as easy as aim and ignite
the way I danced, the way you moved, the way we lit up the room
bring a warp into our deepest memories

look at our reflection in the mirror now
some people just amazed by your looks
you're going far now, further than we already are
tulips and damned cities, bicycles and breads

you're different... or i thought so
when we found our perfect way to fall apart
I don't even know what makes me wide awake
just one more second 'til I'm broken again

all the time with those pick up lines weren't enough
I discovered that you weren't as innocent as you look
your hugs will never be the same as before
I won't find you at the back of my seat anymore

Saturday, October 12, 2013

Langkah-Langkah Pertama



                Ini gairah gue, kalo kata orang Portugis, ini paixão gue. Ya, ini tentang capoeira. Ini tentang sesuatu yang telat gue temuin. Dan sejak tulisan ini ditulis, baru satu tahun gue jalanin dan hati gue bilang,”Ini diri lo Chie! Bego lo baru ikut sekarang! Lo tolol!” sedangkan otak gue mengarahkan gue ke... yah sudahlah gaperlu dibahas, lo sendiri tau. Dari dulu nyokap udah menyarankan ikut beladiri, dan gue sendiri orangnya super pemalas. Walaupun gue emang dari dulu suka olahraga seperti futsal, dan entah kenapa nilai olahraga bagus dari gue lahir, bahkan pas lahir aja keluar dari perut nyokap gue roll depan, hanya si beladiri ini yang nggak pernah gue sentuh. SMA, nggak tau ada angin apa atau dari kentut siapa, alam bawah sadar gue tiba-tiba berbisik,”Chie, lo tau capoeira kan? Kayaknya asik tuh”. Gue udah tau apa capoeira sebelumnya dan entah alam bawah sadar gue tersebut lagi hamil atau kenapa karena telatnya sangat menyebalkan. Gue baru berminat nyoba kelas 3 SMA! Anak SD lagi main petak jongkok juga tau tingkat akhir sekolah menengah itu lagi pusing-pusingnya. Saat itu gue nyoba browsing tentang capoeira yang ada di Jakarta malah udah nyatet alamat segala, tapi ya mikirin UN sama nyari kuliah tetep jadi prioritas utama kan. Setelah itu gue bener-bener lupa tentang capoeira. Dan sekarang akhirnya gue kuliah di suatu Universitas yang alhamdulillah-nya ternama, padahal  gue nggak nyogok ataupun ada kenalan orang dalem, murni otak gue, dan kalo orang nanya jurusan apa pas gue jawab ekspresinya sama: “Wuihhh” “Wessss” “Males banget masuk situ kalo gue” ya, gue kuliah di jurusan yang namanya aja dibenci oleh semua pelajar di semesta ini, termasuk gue sendiri.

                Sebagai maba (mahasiswa baru, bukan mahasiswa abadi) tentu aja gue harus mengikuti serangkaian acara orientasi di kampus gue yang “kampus negeri di Indonesia banget” dan menjadi syarat... kalo kasarnya sih, biar “diterima” di lingkungan kampus, khususnya di jurusan gue sendiri. Dalam rangkain orientasi itu setidaknya ada tiga tahap, yaitu orientasi di kampus, fakultas dan juga di jurusan, tepatnya di program studi gue. Pada tahap orientasi kampus, para maba diperkenalkan dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di kampus, kalo di sekolah biasanya disebut ekstrakurikuler atau ekskul. Pada waktu itu gue muterin stand-stand yang ada dan gue mikir,”Masa’ gue ikut futsal lagi? Ikut band lagi?” dan pada waktu itu yang ada cuma drum band, otomatis pilihan gue tinggal futsal. Setelah muter-muter lagi, gue nemu apa yang dulu gue lupain, ya, capoeira! Setelah gue inget-inget lagi sekarang, ternyata waktu mereka istilahnya “demo unit” di stand mereka, ternyata  mereka tampil di stand sisa, panas-panas dan turunan pula. Dan ternyata setelah gue inget-inget lagi, mereka main dengan semangat, dengan senyum dan kita yang ngeliat pun bisa terbawa suasana apa yang mereka rasain. ”Gimanapun suasananya, medannya, selama fisik masih mumpuni, lo masih bisa have fun disini”.Pelajaran pertama di capoeira yang gue tangkep. Gue daftar dan gue ngajak sebanyak-banyaknya temen di angkatan yang gue deket. Banyak juga yang tertarik ikut daftar walaupun pada akhirnya cuma empat orang yang ikut latihan perdana, walaupun mereka semua ngilang di capoeira sekarang dan tinggal gue yang tersisa. Seleksi alam. Latihan perdana? Rame. Hampir 50-an waktu itu yang ikut lathan perdana dan jumlah angkatan gue yang masih aktif? Nggak nyampe 15.

                Alasan gue ikut capoeira? Simpel: anti-mainstream. Gue emang orangnya anti-mainstream. Kalo dari yang gue liat, di Indonesia capoeira itu sendiri masih kurang dipandang dan gue masih paham alasannya. Itu pula yang menjadi salah satu alasan gue masuk capoeira. Capoeira di sini masih baru, belum banyak yang berminat di sini, dan salah satu keinginan gue adalah agar sebanyak-banyaknya orang bisa menikmati capoeira, nggak usah ikut, cukup menikmati, itu udah cukup bikin gue puas. Di bagian mana anti-mainstreamnya? Capoeira itu seni-beladiri. Sering orang nanya,”Capoeira itu apa sih? Tarian? Beladiri? Dansa?” Misalkan gue yang dikasih pertanyaan itu, gue akan jawab dengan jawaban yang instruktur gue kasih atas pertanyaan yang sama,”seni-beladiri” . Kok kayak nari? Kok tapi nendang? Kok? Kok? Semua pertanyaan itu gue jawab dengan “Capoeira itu seni-beladiri”. Lo akan nemu jawabannya kalo lo ada disitu. Gue nggak promosi buat ikutan capoeira kok hehehe...... tapi nyuruh. Becanda.

                Mungkin terlalu banyak yang gue pelajarin selama gue di capoeira. Contohnya adalah waktu gue liat ada anak SMP dan SMA yang bisa ngelakuin satu gerakan yang emang mau gue pelajarin dan mereka ngelakuin itu dengan sempurna, yang gue lakuin adalah bertanya dan belajar sama mereka, yang secara akte lebih muda dari gue, dan beberapa malah jauh lebih muda dari gue, tanpa malu, tanpa gengsi. “Lo belajar dari yang bisa, bukan dari yang lebih tua, bukan dari yang lebih senior”. Pelajaran kedua yang gue ambil di capoeira. Setelah itu gue minta video banyak dari instruktur gue. Setelah gue tonton banyak, ada yang belajar dari masih SD sampe yang bapak bapak baru mulai belajar capoeira. Apa yang gue pikirin? “Capoeira is for everyone”. Apa yang gue perbuat di organisasi di jurusan gue nggak ada apa-apanya dibanding apa kontribusi yang gue bikin di capoeira. Di organisasi jurusan apa yang dikasih ke gue adalah makna “kekeluargaan” yang dipaksakan, sedangkan apa yang gue dapet di capoeira adalah makna “kekeluargaan” yang sebenernya. Sejak tulisan ini ditulis, gue menjalani kurang lebih dua bulan menjabat sebagai ketua capoeira di kampus gue. Apa yang gue perbuat sampe bisa jadi ketua? Nothing. Gue cuma menjalani apa yang ditugaskan gue di sini dan secara mengagetkan ketua sebelumnya dan anak-anak yang lain mengamanahi gue sebagai ketua dan tanggapan gue adalah: biasa aja, yah bangga sih pasti ya, walaupun orang-orang yang ngeliat itu adalah suatu posisi yang penting dan bergengsi dan alhamdulillah-nya orang tua gue nggak ngelarang apa yang gue lakuin sekarang.

                Mungkin itu dulu buat sekarang, pasti bakal banyak cerita dan bahkan baru setahun di capoeira aja udah terlalu banyak yang gue dapetin, stay tune aja disini.



Muito Obrigado (Muuccii banyak yacchh)

Friday, October 4, 2013

Waktu

institusi yang tak lebih dari terjangan serta berisi hujatan dan cacian
apalah arti beberapa huruf di belakang nama lengkap kalian
mereka yang berdiri di tengah jalan, berdansa di tengah hujan
walau hanya menunggu rem-rem kedaraan berdenyit di perempatan

di samping kiri dan kanan kami membentuk sebuah lingkaran
tak tertembus satupun hujatan yang dilontarkan para atasan
bahagia dengan saling melemparkan tendangan dan lompatan

kirimkanlah terbaik kalian,
dengan keangkuhan yang melampaui batas
bukan alunan dari sebuah piringan hitam,
namun melalui seuntai senar
biarkan mereka menari, pun saling melompati jalan pintas
yang terpenting tidaklah yang selalu kenyataan, melainkan apa yang kita percayai itu benar

waktu membunuh kami semua, perlahan dan mematikan
membiarkan semua penyesalan melewati angan dan pikiran