Thursday, February 10, 2011

Masa Lalu Yang Tertunda

hanya demi benda yang berkilau kita berkorban dengan sungguh-sungguh
mencoba menggetarkan angan yang tergantung setinggi langit
melakukan rutinitas yang monoton setiap hari layaknya seorang buruh
keringat bercampur darah ini sudah tak lagi merasa sakit

untuk lawan jenis pasti kita berikan mahkota kehormatan
kita sediakan podium ini demi hubungan yang diharapkan takkan terputus
sosok ini akan selalu muncul walaupun dalam keadaan rentan
mencoba membuat jalur yang berkelok ini menjadi lurus

ketika kepala ini menunduk awan-awan di langit tetap berada di atas kita
seolah menertawakan keadaan yang hampir tak bisa diubah
ketika kucoba mengangkat kepala meghilangkan resah itu hanya sugesti semata
matahari tak akan mencoba mengalah melihat keadaan kita

kau tak akan pernah menyangka betapa nikmatnya menangis di tengah hujan
air mata tersamarkan memperlihatkan kita berpura-pura tegar
dan jutaan keping air itulah yang menyambut dan menjadi teman
mendinginkan kepala sekaligus sekali lagi belajar bersabar

sepertinya pekerjaan yang tepat saat ini adalah menunggu
jiwa dan raga ini telah lelah bersahabat denga kata ragu
curiga ini mendampingi walau hanya melihat bayangan masa lalu
teringat ambisi dan rasa optimis terlupakan yang diikrarkan dulu

No comments:

Post a Comment