Saturday, September 4, 2010

Gerbang Depan

berminggu-minggu telah kurajut cinta ini
kusatukan beberapa warna dan kubuat jadi nyata
berharap dapat menggabungkan hati dua insani
walupun pesimis tapi kulakukan sendiri tanpa meminta

telah kubayangkan sosok seorang putri yang tersenyum
memakai kain berenda perpaduan biru dan putih
berbekal bingkisan dan mental, dan segelas air minum
kukayuh sepeda bututku walau dengan tertatih-tatih

tiba di rumah yang bagiku istana, mungkin menginjak terasnya pun aku tak pantas
kupanggil namamu walau beratnya, seperti memanggil hujan di tengah lapangan luas
kau yang tak membedakan siapapun, dari gerbang depan akhirnya keluar
seperti biasa, bermuka ceria meski orang lusuh ini hanya berkunjung sebentar

membuka bingkisan ini dengan tak sabar, lalu kau terhenyak
ketika itu pun kunyatakan, dan aku tak berharap banyak
kami bertatap muka, senyummu tetap tak pudar
kau menjawabnya dengan negatif, aku pun sabar

dengan dada terbusung aku kembali ke tempat tinggalku
dengan wajah kesatria aku tetap tegar hati
dengan beribu alasan aku tetap menghibur diriku
dengan kacamata ini aku hanya bisa berbagi

bagi orang, mati satu tumbuh seribu dan ada yang lain. namun bagiku, mati seribu tumbuh satu. SATU itulah cinta sejati kita.....

puisi ini bercerita tentang seorang cowok biasa yang suka dan udah nembak seorang cewek yang bisa dibilang 'populer'. namun ditolak dengan cara yang baik. moral value yang gw dapet saat bikin puisi ini: "even the popular one sometimes still does have a heart."

No comments:

Post a Comment